Thursday, 8 May 2014

Prof. Dr. H. MUNAWIR SJADZALI, M.A.

Prof. Dr. H. Munawir sjadzali, M.A. Meninggal dunia di rumah sakit pondok indah, Jakarta, jum’at 23 Juli 2004 pukul 11:20 akibat serangan stroke dan komplikasi beberapa penyakit. Jenazah mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung (1993-1998), ini di makamkan di tempat pemakaman keluarga Giritama, Bogor, Jawa Barat. Pria kelahiran Desa Karanganom, Klaten, 7 November 1952, ini meninggalkan seorang istri dan enam anak.

Masa kecil dilalui di desa kelahiranya dalam keluarga sederhana dan taat beragama. Ayah dan Ibunya (Bu nyai Tas’iyah) mendidiknya dengan ilmu agama. Ia pun berkisah suatu ketika untuk menebus ijazah, karena ketiadaan uang, ibunya menjanjikan akan menjual glugu (batang pohon kelapa) di depan rumahnya. Lalu setelah ia menebus ijazah, tiba di rumah ia kaget, karena glugu glugu masih tetap tegak berdiri.

Sang Ibu menjual kainnya. “Lalu bagaimana kalau Ibu mau ganti kain?” Ibunya tenang menjawab, “Kan bisa memakai sarung punya Ayah.” Anak sulung dari tiga bersaudara ini pun tidak kuat membendung air matanya. Ia tersedu, bersimpuh di pangkuan ibunya.

Selesai SMP, ia melanjutkan ke Pesantren dan Sekolah Tinggi Islam Mambaul Ulum di Solo sehingga tamat 1943. Ia bercita-cita kuliah di Al-Azhar, Cairo, Mesir, tapi tidak kesampaian karena ayahnya, Kiai Mughoffir pemimpin Pesantern  di Klaten, seorang ahli Nahwu (tata bahasa Arab) tidak mampu membiayai. Batal kuliah, ia lalu mengajar di SD Islam Gunungjati, Unggaran, 1944. Sehabis Revolusi kemerdekaan, ia pindah ke Jakarta. Rajin keluar masuk perpustakaan, ia menulis buku berjudul “Mungkinkah Negara Indonesia Bersendikan Islam?” pada 1950. Buku ini membuat bung Hatta tertarik pada Munawir muda. Bung Hatta pun memfasilitasinya dengan member pekerjaan Munawir sebagai staf Seksi Arab/Timur Tengah Deplu (1950). Di Deplu, harapanya untuk belajar di luar negeri terkabul di University of Exeter, Inggris.

Kemudian ia menjadi Atase/Sekretaris III Kedutaan Besar RI di Wasihngton, AS (1956-1959). Pada masa ini, ia menyempatkan diri melanjutkan di Georgetown University Amerika Serikat sehingga memperoleh ijazah Master of Atr bidang Filsafat dengan tesis Indonesia’s Moeslem Parties and Their Polotical Concepts (1959). Kemudian ia menjabat Kepala bagian Amerika Utara, Deplu (1959-1963). Ia dipercaya menjabat Kuasa Usaha, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sri Langka (1965-1968). Kemudian ia di tarik ke Jakarta menjabat Kepala Biro, Tata Usaha Sekretariat Jenderal, Deplu (1969-1970). Lalu bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia di London (1971-1974), sebelum di angkat menjadi Biro Umun, Deplu (1975-1976). Lalu di angkat menjabat Duta Besar di Emirat Arab, Bahrain dan Qatar (1976-1980), sebelum di tarik kembali ke Jakarta Dirjen Politik Deplu (1980-1983). Kemudian di angkat menjabat Menteri Agama Republik Indonesia (1983-1993). Selepas itu, ia pun mengakhiri karir dan pengabdiannya pada Negara sebagai Ketua Komnas HAM.

Dalam pengabdiannya, ia telah mendapatkan sejumlah penghargaan, termasuk dari sejumlah Negara sahabat. Antara lain, penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dan Satyalecana Karya Satya Kelas II dari pemerintah Indonesia, Great Cordon of Merit dari Pemerintah Qatar, Medalliaon of the Order of Quwait-Special Class dari Quwait, dan Heung in Medal-Second Class dari Korea Selatan.












Sumber : Http://www.tokohindonesia.com (dengan perubahan)